top of page

Kapan Nanti Adalah Kemarahan yang Menggelegak Dari Tubuh Gadis-Gadis Kecil

  • Writer: Maharani Tarisya
    Maharani Tarisya
  • Apr 8, 2024
  • 4 min read

(Sepertinya guru Bahasa Indonesia waktu SMA ku [shout out Bu Tanti] nggak akan suka sama struktur review buku ini)


Kapan Nanti adalah karya kedua Ziggy Zeszyazeoviennazabrizkie yang kubaca setelah Jakarta Sebelum Pagi (atau singkatnya JSP). Karya yang pertama aku baca karena FOMO dan penasaran, kenapa ya buku ini langka sekali untuk dicari fisiknya? Sampai-sampai jadi langganan WTB (want to buy) di booktwt, walaupun seringkali berujung zonk. Menurutku, dibandingkan Kapan Nanti, cerita di novel JSP cukup mudah dinikmati meskipun sudah terlihat keunikan gaya penulis dalam menuturkan alurnya. Oleh karena itu, aku nggak berpikiran macam-macam saat beli novel beliau. Toh, juga novel ber-Bahasa Indonesia. Apa salahnya, pikirku.



Jangan menghakimi buku dari sampulnya. Sudah berapa kali dibilang? Tapi tetap saja, namanya rasa ingin membeli buku karena sampulnya cantik, datangnya bersamaan dengan harapan bahwa isinya bagus. Maksudku, siapa yang nggak terlena dengan sampul putih merah bunga-bunga dari buku ini? Apalagi kalau ikut pre-order, pembeli akan mendapat aneka ragam merchandise (bahasa Indonesia punya padanan kata untuk merchandise ngga ya?) dan tanda tangan penulis. Siapa yang tidak terlena, kutanya?! Yah, mungkin orang lain. Tapi BUKAN aku, sayang! Jadi kubeli saja buku cantik dan imut ini.





Eh, ternyata. Dari delapan cerpen yang ada di dalam novel ini, sepertinya cuma satu yang aku bisa percaya diri bilang aku paham jalan ceritanya. Paling mentok dua. Cerita Ziggy begitu di luar ekspektasiku sampai aku nggak bisa berkata-kata ketika sudah selesai membaca. Hilang sudah harapan untuk membaca cerita lucu dan menggemaskan khas cerita anak-anak dibalik sampul cantik dari buku ini. Tetapi, saking uniknya, aku sampai gatal untuk membuat review antologi cerpen ini. Karena menurutku ceritanya tidak jelek, tapi harus dikupas-kupas untuk mengubah ‘Hah???’ pembaca menjadi ‘Oooohhhh~’. Jadi review ini hasil kupas-kupas bawangku untuk Kapan Nanti, sebelum akhirnya menangis karena mata dan otaknya kepedesan. Leggo.


Cerpen-cerpen di Kapan Nanti diawali dengan huruf K. Kabaret, Kin (Si Kurang Ajar), Kering, Kuping, Kubur, Krematorium, Kelana, dan Kambing. Tokoh utamanya ada ibu dan anak bertopeng kelinci, Kin, Georgette (dkk.), Sasha, dan Moshka Vatra. Entah apa motivasinya, yang jelas vibes nya seperti Kris Jenner yang menamai anak-anaknya dengan awalan huruf K. Cerpen-cerpen ini adalah anak-anak Ziggy, yang punya banyak huruf Z di namanya sendiri, dan mungkin menjadi orang Indonesia dengan pemilik nama dengan huruf Z paling banyak. Jumlah halamannya cuma 132, tapi isinya begitu rollercoaster, sehingga aku butuh waktu lebih dari 3 bulan untuk menyelesaikan bacaanku. Dalam artian, membaca beberapa halaman lalu libur panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk membaca lagi.


Menurutku, Kapan Nanti adalah kritik sosial. Itu pasti. Tetapi ia tidak mengkritik dengan terang-terangan. Ia mengkritik dan mengutuk dalam teka-teki dan mereka yang tidak cukup jeli untuk menyadarinya tidak akan sadar kalau dirinya sedang dikritik dan dikutuk. Adapun isu sosial yang menjadi latar belakang dalam novel Kapan Nanti cukup beragam. Seperti isu aborsi, kenakalan remaja, relasi maternal, depresi, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Tokoh utamanya adalah gadis-gadis kecil yang sunyi, mungil, cantik. Persis dengan karakteristik Perempuan Baik yang harus dimiliki oleh semua perempuan. Tutup saja mulutmu dan jadilah gadis yang baik. Tahan saja sakitnya, karena itu yang dilakukan gadis baik. Tidak peduli apa yang ingin mereka katakan, atau seberapa banyak darah yang keluar dari tubuh mereka, gadis-gadis kecil ini masih menanggung beban ekspektasi yang dilimpahkan pada pundak mereka. Anak sekecil ini bertarung dengan konstruk sosial, begitulah kira-kira.


Sayangnya, aku bisa bilang kalau alur cerita dalam novel ini tidak selalu koheren. Ada beberapa bagian yang menurutku lompat-lompat. Deskripsi latar dan waktunya kurang jelas disebutkan, sehingga pembaca bertanya-tanya mengenai linimasa dalam cerita. Sebagai penulis, Ziggy punya suaranya sendiri dan itu terlihat jelas. Ada banyak sekali pengulangan kata yang unnecessary, tetapi menurutku bisa menimbulkan emosi pembaca. Entah itu bingung, lelah, atau marah. Kapan Nanti tidak ditulis untuk memberikan kenyamanan bagi pembacanya dan penulis sengaja melakukan hal ini. Mungkin ini juga salah satu pernyataan tak tertulis dan intensi mbak Ziggy melalui novelnya. Kamu nggak perlu mengerti aku, nggak perlu mengerti sepenuhnya jalan hidupku, tapi rasa sakit yang aku rasakan ini senyata darah yang mengucur dan cuilan tubuhku yang terlepas. 


Salah satu bagian buku yang sangat melekat setelah membaca adalah bagian ini,


"Di surat wasiat sepanjang tiga ratus dua puluh tujuh halaman itu, dia merincikan satu demi satu isi lemari pakaian, lemari makanan, lemari seprai, lemari sarung bantal, lemari sarung, lemari sarung cap Gajah duduk, lemari taplak meja, lemari perangkat makan, lemari peralatan masak, lemari sepatu, lemari tas, lemari perhiasan, lemari kacamata, lemari perhiasan kacamata, lemari bola sepak, lemari kertas, lemari kardus, lemari plastik, lemari lem putih, lemari lem tikus, lemari peralatan berkebun, lemari rahasia, lemari peralatan tulis, lemari peralatan tidak menulis, dan lemari lemari, dan kepada siapa tiap-tiap barang di lemari pakaian, lemari makanan, lemari seprai, lemari sarung bantal, lemari sarung, lemari sarung cap Gajah duduk, lemari taplak meja, lemari perangkat makan, lemari peralatan masak, lemari sepatu, lemari tas, lemari perhiasan, lemari kacamata, lemari perhiasan kacamata, lemari bola sepak, lemari kertas, lemari kardus, lemari plastik, lemari lem putih, lemari lem tikus, lemari peralatan berkebun, lemari rahasia, lemari peralatan tulis, lemari peralatan tidak menulis, dan lemari lemari itu harus diberikan...(Zezsyazeoviennazabrizkie, 2023:39)."


Aku jadi bertanya-tanya, waktu menulis bagian ini, penulis mengetik ulang semuanya satu persatu atau dicopy-paste ya?


Ketika membaca buku ini, aku bilang ke temanku



Jadi, aku memutuskan untuk melakukan over-analysis dari novel ini. Sepertinya kalau mau dijadikan bahan bedah yang lebih detail juga akan menarik sekali.


Daftar Pustaka

Zezsyazeoviennazabrizkie, Ziggy. 2023. Kapan Nanti. Gramedia Pustaka Utama.

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2020 by Dive In. Proudly created with Wix.com

bottom of page